Sabtu, 31 Mei 2014

Sistem Respirasi pada Serangga

Diposting oleh Unknown di 08.39


Sistem Respirasi pada Serangga
Semua serangga adalah organisme aerobik mereka harus mendapatkan oksigen (O2) dari lingkungan mereka untuk bertahan hidup.
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstrasi energi dari molekul makanan yang bergantung pada banyaknya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalm respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 6CO2+ 6H2O + ATP
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk mencegah senyawa – senyawa organik menjadi CO2 , H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan oksigen yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang dimaksud substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa – senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air.
Laju konsumsi oksigen dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain: dengan menggunakan microrespirometer, metode Winkler, maupun respirometer Scholander atau respirometer sederhana. Penggunaan masing – masing cara didasarkan pada jenis hewan yang akan diukur laju konsumsi oksigennya. Microsrepirometer dipakai untuk mengukur konsumsi oksigen hewan yang berukuran kecil seperti serangga atau laba – laba. Hal ini terdiri atas syrine, kran tiga arah, tabung specimen, dan tabung kapiler berskala. Metode Winkler merupakan suatu cara untuk menentukan banyaknya oksigen yang terlarut dalam air. Dalam metode ini, kadar oksigen dalam air ditentukan dengan cara titrasi.
              
Proses respirasi pada serangga pada hakikatnya sama denga proses respirasi pada hewan lain, yaitu mempertukarkan gas oksigen dan karbondioksida melalui proses difusi. Namun yang membedakannya hanya terletak pada ada atau tidak adanya system organ respirasi, perbedaan ini disebabkan oleh kekomplekan struktur tubuhnya dan tempat hidupnya.
Sel-sel tubuh serangga setiap waktu membutuhkan suplai oksigen yang cukup untuk metabolisme tubuhnya, serangga kecil dapat mencukupi kebutuhan oksigen ini cukup dengan cara difusi saja karena serangga kecil mampunyai volume tubuh yang kecil dan luas permukaan tubuh yang sangat luas, sehingga denagan cara difusi saja sel-sel tubuh mendapatkan suplai oksigen yang cukup, sebaliknya bagi serangga yang besar dan aktif sel-sel tubuhnya membutuhkan suplai oksigen secara cepat, permasalahnya adalah bila serangga besar mampunyai luas permukaan tubuh yang kecil dengan volume yang besar sehingga bila respirasinya menggunakan cara difusi pada permukaan kulitnya makan sel-sel tubuhnya tidak mendapatkan oksigen secara cepat, permasalaham ini dijembatani dengan adanya organ respirasi berupa system trakea.
Kebanyakan serangga hidupnya adalah di darat (teresterial) sehingga medium respirasinya adalah udara, udara sebagai medium respirasi mampunyai keuntungan sekaligus kerugian, keuntungannya adalah oksigen di udara sangat berlimapah sekitar 20 % dibandingan dengan oksigen di lautan yang hanya 10%, selain itu pergerakan udara yang cepat memudahkan proses difusi, kerugiannya adalah serangga selalu kehilangan air akibat penguapan, oleh karena itu serangga harus selalu menjaga homeostatis air dalam tubuhnya, hal ini akan berdampak pada difusi oksigen dan karbon dioksida, Naii. A Campbell dalam buku biologinya menjelaskan bahwa permukaan respirasi (sel-sel epithelium) haruslah lembab karena O2 dan CO2 berdifusi melewatinya setelah larut terlebih dahulu dalam air.
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal: adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.(lihat gambar sel respirasi). Laju diffusi diukur dengan rumus 1/d (sebagai suatu peristiwa diffusi pasif).
Pada umumnya serangga akuatik kecil luas permukaan tubuhnya lebih besar daripada volumenya, sehingga diffusi O2 dapat berjalan dengan baik berhubung luas permukaan yang cukup untuk akomodasi aliran O2 dari luar tubuh. Sebaliknya pada serangga yang ukurannya lebih besar, harus dibantu dengan menggunakan kantung udara (air-sacs), yang mengumpulkan udara dengan mekanisme kontraksi, yang harus didukung oleh suatu sistem pemanfaatan energi. Contohnya pada beberapa jenis belalang yang mampu hidup di dalam air.
Sistem respirasi terbuka banyak digunakan oleh serangga-serangga darat dan beberapa jenis serangga air, sedang sistem tertutup digunakan oleh serangga air, yang tidak menggunakan spirakulum, antara lain untuk mencegah supaya jangan terjadi evapotranspirasi.
Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya belalang, adalah sebagaiberikut
Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya CO2 keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya O2 masuk ke trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan.
Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil udara. Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan.
Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.
Sebaliknya terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di dalam air dengan bantuan suatu organ yang disebut plastron, suatu filamen udara. Dengan alat ini maka CO2 yang terbentuk dibuang, dan O2 yang terlarut diambil langsung (bukan dalam ujud gelembung udara). Bangunan ini sering juga disebut sebagai insang fisis khusus (special physical gill). Karenanya serangga mampu bertahan di dalam air dalam jangka waktu yang lebih lama. Serangga air juga ada yang memanfaatkan insang trakheal (tracheal gill), yang merupakan insang biologis, berfungsi karena gerak biologis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi:
a.         Berat tubuh
Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya.
b.         Suhu tubuh
Semakin tinggi suhu tubuh, maka kebutuhan energi semakin banyak pula sehingga kebutuhan O2 juga semakin banyak.
c.         Kegiatan tubuh
Makhluk hidup yang melakukan aktivitas tubuh memerlukan energi. Berarti semakin berat aktivitasnya,maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga pernafasannya semakin cepat.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Oke Lolita Pratiwi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting