Babirusa (Babyrousa babirussa) hanya terdapat di sekitar Sulawesi,
Pulau Togian,
Malenge, Sula, Buru dan Maluku. Habitat
babirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar melahap buah-buahan
dan tumbuhan,
seperti mangga,
jamur
dan dedaunan.
Mereka hanya berburu makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa
binatang buas yang sering menyerang.
Panjang tubuh babirusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter.
Tinggi babirusa berkisar pada 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai
90 kilogram.
Meskipun bersifat penyendiri, pada umumnya mereka hidup berkelompok dengan
seekor pejantan yang paling kuat sebagai pemimpinnya.
Binatang yang pemalu ini bisa
menjadi buas jika diganggu. Taringnya panjang mencuat ke atas, berguna
melindungi matanya dari duri rotan. Babirusa betina melahirkan satu sampai dua ekor satu
kali melahirkan. Masa kehamilannya berkisar antara 125 hingga 150 hari. Bayi babirusa itu
akan disusui selama satu bulan, setelah itu akan mencari makanan sendiri di hutan bebas. Selama
setahun babirusa betina hanya melahirkan satu kali. Usia dewasa seekor babirusa
lima hingga 10 bulan, dan dapat bertahan hingga usia 24 tahun.
Mereka sering diburu penduduk
setempat untuk dimangsa atau sengaja dibunuh karena merusak lahan pertanian dan perkebunan. Populasi hewan
yang juga memangsa larva ini kian sedikit hingga termasuk dalam daftar hewan
yang dilindungi. Jumlah mereka diperkirakan tinggal 4000 ekor dan hanya
terdapat di Indonesia.
Sejak tahun 1996 hewan ini telah masuk
dalam kategori langka dan dilindungi oleh IUCN dan CITES. Namun masih sering
dijumpai perdagangan daging babirusa di daerah Sulawesi
Utara. Karena itu, pusat penelitian dan pengembangan biologi LIPI bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat beserta Departemen Kehutanan dan Universitas Sam Ratulangi mengadakan
program perlindungan terhadap hewan langka ini. Perlindungan tersebut meliputi
pengawasan habitat babirusa dan membuat taman perlindungan babirusa di atas
tanah seluas 800 hektar.
0 komentar:
Posting Komentar